Sabtu, 07 Desember 2013

Rindu Kamu

Ahhh.... Sedih ketika abah pergi lagi. Karena harus mengikuti pelatihan kejakarta. Tidak bermaksud lebay tapi memang jauh dari dia itu sesuatu rasanya :(
Melewati siang dan malam dengan rutinitas yang sama tetap saja ada yang kurang rasanya. Ketika pulang kerumah dan menyiapkan malam malam. Suami tercinta sedang tidak ada dirumah. Sepi.....
Karena biasanya kalau dirinya ada dirumah suka bikin heboh sendiri. Suka godain aku atau bercanda sama anaknya. Sepi dan jenuh dirumah....
Afiqa dan abah

Biasanya nih kalau malam kita suka rebutan pakai laptop. Masing-masing sibuk sendiri. Akunya mau pakai karena mau cek bisnis ku, si abah mau pakai karena cek jaringan dan menggembangkan hobinya. Nah, kesempatan pakai laptop sepuasnya karena abah sedang tidak dirumah 1 minggu. Tapi sampai hari ini, hari ke 7 abah dijakarta, laptop duduk manis dimeja. Digunakan pas lagi mood aja. selebihnya ogah-ogahan. Dasar ya otaknya lemot akibat demam malarindu. cuit cuit.....
Senang, hari demi hari terlewati. cepat sekali waktu berlalu. Iya ngak???
Rasanya baru saja mengantar abah naik taksi mau kebandara. Besok abah sudah pulang. Mudah-mudahan dimudahkan dan dilancarkan dalam perjalanan ya abah. Aminnnnn
Kata abah, ngak bawa oleh-oleh ya ma. Iya iya ngk apa-apa. Asal pulang dengan selamat dan sehat sudah bersyukur sekali kok bah.
Yeaa afiqa dpt oleh2 topi dari abah, buat dipakai kepantai





Kamis, 07 November 2013

Bayi 1800 gram pertama ku

      Hari itu, hari ke 8 bayi mungil berat 1800 gram itu ku lihat. Napas yang sudah tidak teratur terdengar. Padahal dihari pertama kelahirannya, aku berharap bayi kecil ini akan sehat hingga dia dewasa. Lahir dalam keadaan prematur dengan polihidramnion (Air ketuban lebih banyak dari normal). Kebetulan ia anak ke lima. Lahir dengan berat badan 1800 gram sementara kulit ditelapak tangan dan kaki masih halus dan transparan. Aku menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat hari itu juga. 
     Di hari pertamanya kelahirannya, bayi kecil berat 1800 gram itu telah terpisah dari ibunya. Aku tak ada pilihan. Ia harus menerima perawatan lebih intensif. Setiap hari selama merawat ibunya dirumah, aku selalu bertanya tentang keadaannya. Alhamdulillah jawab si ayah, dihari kedua anaknya tersebut sudah stabil kondisinya. Tangan dan kakinya sudah mulai aktif bergerak, sudah bisa menangis. Artinya bayi kecil berat 1800 gram itu sudah bernapas dengan teratur. Senang, teramat senang mendengarnya. 
      Hari ke lima, aku menerima telpon dari bibi bayi kecil itu. Bayi kecil berat 1800 gram itu harus dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan lebih lengkap. Dari kota kami 2 jam waktu yang ditempuh untuk sampai kesana. Aku langsung kerumah sakit tempat bayi kecil itu dirawat, melihat keadaannya dan bertanya beberapa pertanyaan kepada kakak perawat yang sedang bertugas saat itu. Darinya ku dengar bahwa bayi tersebut tidak dapat buang air besar sehingga harus dilakukan pemeriksaan khusus untuk mengetahui keadaannya lebih lanjut. Setelah beberapa saat, segera ku hubungi ayah bayi mungil itu dan menganjurkan untuk segera membawa anaknya kerumah sakit lebih lengkap.
      Hari ke delapan, pagi hari ayah bayi kecil berat 1800 itu menelpon ku. Kabarnya membuat hati ku sedih, bayi kecil itu sudah mulai drop keadaannya. Sementara bayi kecil itu belum dapat dibawa ke rumah sakit rujukan pemerintah seperti yang direncanakan. Karena inkubator di rumah sakit tersebut telah penuh ditempati bayi-bayi yang juga menerima perawatan disana. Sedangkan jika dibawa kerumah sakit swasta dengan fasilitas lengkap, ayah bayi mengakui ketidakmampuannya untuk membiayai perawatan.
      Sesegera mungkin aku bergegas kerumah sakit tempat bayi itu dirawat, sampai disana perasaan ku sedih. Berbincang sedikit dengan beberapa perawat disana, aku diperbolehkan untuk melihat lebih dekat keadaan bayi kecil itu. Ya Allah sesak rasanya dada ku. Bayi kecil berat 1800 gram itu menarik napas pelan, terlihat susah sekali. Perutnya pun kelihatan membesar. Hampir menetes air mata ku. Kita hanya bisa berdoa, ucap perawat kepala ruangan bayi itu padaku. Diluar ruangan, wajah lelah sang ayah menyapaku. Ku bimbing ia untuk duduk disebelahku. Ku jelaskan keadaan bayi yang aku lihat didalam sana kepadanya. Sambil sesekali menabahkan perasaannya, kita sudah melakukan yang terbaik ucap ku. Semoga bayi kecil itu sehat dan membaik keadaannya. 
     Jam 13.40 wib hari ke delapan, telpon ku berdering. Mendengar telpon itu saja firasatku sudah tertuju pada bayi kecil itu. Dan benar, ketika telpon ku angkat dari sana ku dengar suara berat ayah sang bayi berkata. Bayi saya sudah meninggal bu, ucapnya. Perasaan ku sedih dan aku ikut berduka dan merasa kehilangan. Aku, ayah, keluarga bahkan perawat dan dokter dirumah sakit telah berusaha. Allah telah menentukan jalannya. Bayi kecil berat 1800 gram itu telah meninggal. Menghilang sudah semua deritanya dihari kedelapan ia hidup didunia.

Minggu, 03 November 2013

My wedding

Lagi iseng2 ngk ada kerjaan malam mingguan. Posting foto-foto wedding aja deh sambil mengingat-ingat kenangan manis ketika menjadi raja dan ratu sehari. 
Tepatnya 8 Juni 2011 yang lalu ketika itu status singel yang selama 23 tahun disandang berubah total menjadi seorang istri.

Hari akad nikah
Haru dan senang menghiasi hari itu. Haru ketika akad nikah, mama tercinta tidak dapat melihat putri tercintanya menikah karena mama sudah meninggal. Haru ketika melihat bapak yang tertunduk meneteskan air mata karena putri tercintanya sudah menikah. Haru ketika paman dan bibi juga ikut menangis karena keponankannya sudah menemukan jodohnya. Sungguh kenangan yang tak ingin dan tak mudah untuk dilupakan
Nenek tercinta yang lagi duduk disebelah bapak juga ikut menangis
Walaupun kurang tidur dan harus bangun pagi demi persiapan dihari resepsi, tidak mengurangi kebahagiaan ku dihari itu. Tetap tampil dengan wajah ceria dan sumringan. Kata tukang fotonya, pengantin wanita ngk perlu capek-capek disuruh senyum, sudah senyum terus :)
my wedding

Semoga pernikahan ini awet sampai kakek nenek dan selalu harmonis. Berharap hanya maut yang memisahkan.

Jumat, 25 Oktober 2013

Suka duka menjadi mahasiswi kebidanan

Sedang praktek
       Enak ngak sih jadi mahasiswa kebidanan?
jujur... jadi mahasiswa itu ngak ada yang enak. Mau jurusan apapun. Dukanya banyak tugas, ketemu kakak senior yang galaknya dll. Apalagi kuliah diluar pulau. Jauh dari kedua orangtua.
Tapi karena keinginan dan tekat utuk menjadi bidan, beban berat itu pun siap untuk dilalui selama 3 tahun kedepan. Jauh dari orang tua, bukan itu saja yang membuat kaki sulit melangkah tapi juga jauh dari kekasih hati. Eaaa... Alhandulillah sudah jadi suami sekarang.
        Tahun pertama ternyata begitu berat, cobaan mulai menghimpit. Mulai dari mengatur keuangan sampai didekati kakak kelas keperawatan hingga tidak enak hati saat tahu ternyata si kakak kelas tersebut sudah punya pacar satu kampus. Tapi tahun pertama juga penuh dengan kebahagiaan. Punya teman satu kamar yang baik-baik, foto-foto, masak-masak dan serunya persiapan Capping day. 
Ada cerita seru yang tak bisa dilupakan saat Capping day. Walau kedua orang tua tak bisa hadir karena butuh biaya besar untuk kejakarta. Serunya hari Capping day adalah hari pertama kami memakai pakaian putih dan seragam mahasiswi kebidanan. Selain itu pengumuman mahasiswi berprestasi semester pertama.
Was-was dan deg-degan ya menunggunya. Alhamdulillah sesuai prediksi nama ku dipanggil sebagai mahasiswi berprestasi peringkat pertama dengan IPK 3,42. Senang yang tak terhingga, selain itu juga berhak mendapatkan beasiswa pendidikan dari kampus.
Tahun kedua mulai banyak praktek keluar kampus. Lahan praktek adalah Puskesmas dan RS disekitar jakarta. Banyak kenangan yang tak bisa dilupakan.

Alhamdulillah bersyukur luar biasa. Semua perjuangan dan pengorbanan selama 3 tahun akhirnya selesai. Sekarang walau masih dalam proses belajar dan mencari pengalaman tapi sudah mampu menolong beberapa persalinan. Berharap dan berharap sekali bisa menjadi bidan profesional yang mampu membantu semua kelahiran tanpa masalah, sangat tidak ingin menambah daftar angka kematian ibu dan anak.

Bahagia bisa membantu persalinan bayi-bayi ini