Minggu, 29 November 2015

Hijrah ke Dunia Kesehatan

Adek ku sedang Homecare
       Tak menyangka adik pertamaku mengikuti langkah ku kuliah dibagian kesehatan. Hijrah jurusan kata ku. Kenapa?  karena mama, bibi, sepupu dan masih banyak lagi keluarga kami yang memilih menjadi guru. Sedangkan bapak, paman-paman, sepupu laki-laki lebih memilih menjadi pengusaha mabel kecil-kecilan.
Menjadi keturunan pertama sebagai tenaga kesehatan mempunyai rintangan besar. Kadang kala kami dianggap tahu segalanya mengenai obat dan penyakit yang diderita seseorang. Padahal seperti kebanyakan kami hanya manusia biasa yang hanya tahu sedikit namun terus belajar dan belajar.
Ada kebangga dalam hati kami saat bisa membantu keluarga yang sedang sakit. Walaupun hanya sekedar mengukur tekanan darah atau memberikan info obat yang boleh dimakan serta dosisnya.

     Adik ku baru lulus sekitar 1 tahun yang lalu. Walaupun belum mendapat pekerjaan tetap namun ia tak putus asa mencari rezeki. Alhamdulillah 2 bulan ini bekerja sebagai tenaga bantu dinas sosial dalam program homecare usila Desa pasir Kecamatan Mempawah hilir Kalimantan Barat. Mengerjakan tumpukan data base usila dan kunjungan kerumah usila merupakan kegiatannya sekarang. Adek ku juga pernah menjadi perawat pribadi di Kota Pontianak. Namun karena waktu kerja hampir 24 jam. Ia merasa kelelahan dan memutuskan berhenti sebagai perawat pribadi.

   Menjadi seorang bidan adalah cita-cita ku dari SMA. Alhamdulillah 3 tahun menimba ilmu di Stikes Istara Nusantara Jakarta. Pada tahun 2008 aku lulus dengan IPK memuaskan. Pulang ke kota kelahiran lalu membantu ke BPS (Bidan Praktek Swasta) bidan senior disana. Tahun 2010 akhirnya mendaftar sebagai Bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) dengan SK Menkes dan gaji dari APBN.
Hidup terus berjalan, hingga menikah dan punya anak. Masih berstatus PTT sekarang. Mudah-mudahan rencana besar diawal tahun menjadi kenyataan. Aamiin...
Menjadi tenaga kesehatan mengenalkan aku dan adek ku tentang cara merawat orang lain, menjadi lebih empati, lebih sabar dan lebih bersyukur saat diberikan kesehatan. Mudah-mudahan kami selalu istiqomah dan iklas membantu banyak orang. Keluarga terdekat, masyarakat sekitar dan warga tempat kami berkerja.
3 bersaudara


Pengabdian Bidan Desa

Lelah bekerja seharian kadang sudah tidak terasa. Ketika ada panggilan untuk menolong persalinan didesa. Walaupun dalam keadaan sakit atau cuaca sedang hujan. Bidan desa harus menolong ibu yang akan bersalin. Merasa ini adalah suatu kewajiban hingga tak ada alasan sepertinya untuk menolak.
Pagi, siang, malam, tengah malam kadang subuh waktu berkerja mereka 24 jam. Kapan pun panggilan untuk menolong persalinan, dimana pun harus siap membantu.
Tak tanggung-tanggung, bertaruh menyelamatkan dua nyawa. Ibu dan anak yang dikandung. Ketika dua nyawa itu tertolong dengan selamat. Betapa bersyukurnya mereka kepada Allah yang telah memberikan segala kemudahan.

7 hari yang lalu (20/11/2015), kami mendengar berita duka dari pedalaman kalimantan barat. Teman seprofesi meninggal dunia setelah membantu persalinan 2 orang ibu didesa tempat ia mengabdi. Desa Darit, Kecamatan Manyuke, Kabupaten Landak. Bidan Anik Setya Indah namanya.
Bidan baik hati ini, selalu ringan tangan membantu. Selalu tulus dalam tugasnya. Bidan Anik meninggal karena solusio plasenta yaitu lepasnya plasenta dari dinding rahim. Begitu diagnosa medis dari RSUD Landak tempat ia dirujuk. Bidan Anik sedang hamil delapan bulan saat meninggal dunia. Sedih, kehilangan, dan bangga atas perjuangannya.

Berita belasungkawa di koran Tribun Pontianak
Kadang kala kami abai dengan kesehatan kami sendiri. Padahal nyawa kami juga dipertaruhkan saat pulang dan pergi membantu persalinan di rumah warga. Jalan bebatuan, licin, berlumpur, sungai, arus dan sebagainya adalah medan yang harus kami lalui. Tapi sekali lagi, Kewajiban kami membantu kelahiran generasi penerus bangsa. Kami tak boleh mengeluh.
Sumpah jabatan sudah digaungkan. Kontrak tugas sudah di tandatangani, siap bertugas dimana pun. Desa biasa, terpencil atau pun sangat terpencil. Berstatus tenaga tetap atau tenaga tidak tetap (PTT).
Harus Menyeberangi sungai untuk sampai didesa binaan
Namun ada senang yang teramat besar dihati kami. Saat bayi yang kami tolong tumbuh besar dan sehat. Ketika Ibu mereka mengenalkan kepada mereka bahwa kami adalah bidan yang membantu kelahirannya. Senyum manis mereka membayar lelah diraga dan jiwa kami. Berharap terus memberikan pelayanan terbaik bagi warga, walaupun jasa yang dibayar tidak seberapa. Semoga Allah membalas keiklasan hati kami dalam bekerja. Bahkan beberapa kali jasa kami tak dibayar warga. Entah mereka lupa atau sengaja melupakan betapa penatnya kami. Namun kami terus tersenyum, terus melayani dengan suka cita.