Kamis, 07 November 2013

Bayi 1800 gram pertama ku

      Hari itu, hari ke 8 bayi mungil berat 1800 gram itu ku lihat. Napas yang sudah tidak teratur terdengar. Padahal dihari pertama kelahirannya, aku berharap bayi kecil ini akan sehat hingga dia dewasa. Lahir dalam keadaan prematur dengan polihidramnion (Air ketuban lebih banyak dari normal). Kebetulan ia anak ke lima. Lahir dengan berat badan 1800 gram sementara kulit ditelapak tangan dan kaki masih halus dan transparan. Aku menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat hari itu juga. 
     Di hari pertamanya kelahirannya, bayi kecil berat 1800 gram itu telah terpisah dari ibunya. Aku tak ada pilihan. Ia harus menerima perawatan lebih intensif. Setiap hari selama merawat ibunya dirumah, aku selalu bertanya tentang keadaannya. Alhamdulillah jawab si ayah, dihari kedua anaknya tersebut sudah stabil kondisinya. Tangan dan kakinya sudah mulai aktif bergerak, sudah bisa menangis. Artinya bayi kecil berat 1800 gram itu sudah bernapas dengan teratur. Senang, teramat senang mendengarnya. 
      Hari ke lima, aku menerima telpon dari bibi bayi kecil itu. Bayi kecil berat 1800 gram itu harus dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan lebih lengkap. Dari kota kami 2 jam waktu yang ditempuh untuk sampai kesana. Aku langsung kerumah sakit tempat bayi kecil itu dirawat, melihat keadaannya dan bertanya beberapa pertanyaan kepada kakak perawat yang sedang bertugas saat itu. Darinya ku dengar bahwa bayi tersebut tidak dapat buang air besar sehingga harus dilakukan pemeriksaan khusus untuk mengetahui keadaannya lebih lanjut. Setelah beberapa saat, segera ku hubungi ayah bayi mungil itu dan menganjurkan untuk segera membawa anaknya kerumah sakit lebih lengkap.
      Hari ke delapan, pagi hari ayah bayi kecil berat 1800 itu menelpon ku. Kabarnya membuat hati ku sedih, bayi kecil itu sudah mulai drop keadaannya. Sementara bayi kecil itu belum dapat dibawa ke rumah sakit rujukan pemerintah seperti yang direncanakan. Karena inkubator di rumah sakit tersebut telah penuh ditempati bayi-bayi yang juga menerima perawatan disana. Sedangkan jika dibawa kerumah sakit swasta dengan fasilitas lengkap, ayah bayi mengakui ketidakmampuannya untuk membiayai perawatan.
      Sesegera mungkin aku bergegas kerumah sakit tempat bayi itu dirawat, sampai disana perasaan ku sedih. Berbincang sedikit dengan beberapa perawat disana, aku diperbolehkan untuk melihat lebih dekat keadaan bayi kecil itu. Ya Allah sesak rasanya dada ku. Bayi kecil berat 1800 gram itu menarik napas pelan, terlihat susah sekali. Perutnya pun kelihatan membesar. Hampir menetes air mata ku. Kita hanya bisa berdoa, ucap perawat kepala ruangan bayi itu padaku. Diluar ruangan, wajah lelah sang ayah menyapaku. Ku bimbing ia untuk duduk disebelahku. Ku jelaskan keadaan bayi yang aku lihat didalam sana kepadanya. Sambil sesekali menabahkan perasaannya, kita sudah melakukan yang terbaik ucap ku. Semoga bayi kecil itu sehat dan membaik keadaannya. 
     Jam 13.40 wib hari ke delapan, telpon ku berdering. Mendengar telpon itu saja firasatku sudah tertuju pada bayi kecil itu. Dan benar, ketika telpon ku angkat dari sana ku dengar suara berat ayah sang bayi berkata. Bayi saya sudah meninggal bu, ucapnya. Perasaan ku sedih dan aku ikut berduka dan merasa kehilangan. Aku, ayah, keluarga bahkan perawat dan dokter dirumah sakit telah berusaha. Allah telah menentukan jalannya. Bayi kecil berat 1800 gram itu telah meninggal. Menghilang sudah semua deritanya dihari kedelapan ia hidup didunia.

Minggu, 03 November 2013

My wedding

Lagi iseng2 ngk ada kerjaan malam mingguan. Posting foto-foto wedding aja deh sambil mengingat-ingat kenangan manis ketika menjadi raja dan ratu sehari. 
Tepatnya 8 Juni 2011 yang lalu ketika itu status singel yang selama 23 tahun disandang berubah total menjadi seorang istri.

Hari akad nikah
Haru dan senang menghiasi hari itu. Haru ketika akad nikah, mama tercinta tidak dapat melihat putri tercintanya menikah karena mama sudah meninggal. Haru ketika melihat bapak yang tertunduk meneteskan air mata karena putri tercintanya sudah menikah. Haru ketika paman dan bibi juga ikut menangis karena keponankannya sudah menemukan jodohnya. Sungguh kenangan yang tak ingin dan tak mudah untuk dilupakan
Nenek tercinta yang lagi duduk disebelah bapak juga ikut menangis
Walaupun kurang tidur dan harus bangun pagi demi persiapan dihari resepsi, tidak mengurangi kebahagiaan ku dihari itu. Tetap tampil dengan wajah ceria dan sumringan. Kata tukang fotonya, pengantin wanita ngk perlu capek-capek disuruh senyum, sudah senyum terus :)
my wedding

Semoga pernikahan ini awet sampai kakek nenek dan selalu harmonis. Berharap hanya maut yang memisahkan.